Pernikahan

Memahami Apa Itu Childfree dan Faktor Alasannya

Childfree yang belakangan mengemuka, perlu kita mengetahui seluk-beluk dari gerakan ini

Belum lama ini, childfree menjadi salah satu topik pembahasan yang cukup populer di sosial media. Childfree merupakan suatu istilah yang menunjuk pada suatu konsep di mana pasangan suami dan istri yang telah menikah memilih untuk tidak mempunyai anak.

Lantas, apakah keputusan memilih untuk childfree berpengaruh terhadap kebahagiaan dalam pernikahan? Untuk lebih jelasnya mengenai apa itu childfree, alasan pasangan memilih childfree, dan pengaruhnya terhadap kebahagiaan dalam pernikahan akan dijelaskan di artikel ini.

Apa Itu Childfree?

Secara garis besar, childfree merupakan kondisi ketika pasangan suami dan istri memutuskan untuk tidak mempunyai keturunan. Sebenarnya, konsep childfree sudah ada sejak dulu, dan konsep ini sudah banyak diterapkan di luar negeri, terlebih di negara-negara maju. Seperti misalnya di negara Jerman dan Jepang banyak penduduknya yang sudah memutuskan untuk childfree.

Childfree merupakan keputusan setiap pasangan yang sifatnya pribadi atau personal. Pasangan yang memilih untuk childfree berarti mereka sudah siap untuk tidak mempunyai keturunan keluarga.

Perbedaan Childfree dan Childless

Terdapat istilah lain yang mirip dengan childfree, yaitu childless. Kedua istilah ini mempunyai arti yang berbeda. Childfree merupakan keputusan untuk tidak mempunyai anak yang diputuskan dengan banyak pertimbangan, sekali pun orang tersebut memiliki kesempatan untuk mempunyai anak.

Sedangkan childless merupakan istilah yang mengacu pada kondisi pasangan yang tidak dapat mempunyai keturunan secara biologis. Kondisi ini bisa disebabkan karena masalah kesehatan tertentu yang dimiliki salah satu pasangan.

Alasan Pasangan Memutuskan Childfree

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa childfree adalah keputusan setiap pasangan yang bersifat personal. Terdapat beberapa alasan yang mendasari pasangan tertentu untuk memutuskan childfree, di antaranya seperti:

1. Faktor Finansial

Salah satu alasan yang bisa mendasari keputusan childfree yaitu faktor finansial atau ekonomi dalam keluarga. Beberapa pasangan memiliki pendapat bahwa biaya yang diperlukan untuk merawat dan membesarkan anak tidaklah sedikit. Hal ini bisa menjadi alasan bagi beberapa pasangan karena mereka merasa tidak memiliki finansial yang cukup untuk membesarkan anak.

2. Memiliki Trauma di Masa Lalu

Keputusan untuk memilih childfree diambil karena kemungkinan besar mereka pernah mengalami trauma akibat kejadian di masa lalu, seperti misalnya di waktu kecil ia menerima pola asuh atau perlakuan yang kurang baik dari orang tuanya. Sehingga ketika sudah dewasa ia merasa cemas tidak bisa menjadi orang tua yang baik.

3. Ingin Hidup Berdua dengan Pasangan

Faktor lain seseorang untuk memutuskan childfree yaitu karena hanya ingin hidup berdua saja dengan pasangannya. Beberapa orang mungkin akan takut dengan kehadiran anggota baru di keluarganya bisa mengurangi momen kebersamaan bersama pasangannya.

4. Faktor Kesehatan

Keputusan untuk memilih childfree juga dapat didasari oleh faktor masalah kesehatan. Seseorang yang mempunyai masalah kesehatan tertentu mungkin merasa khawatir tidak bisa membagi waktu untuk merawat dirinya sendiri dan merawat anak. Jadi, menurutnya keputusan untuk memilih childfree merupakan keputusan yang tepat.

Lantas, apakah childfree mempengaruhi kebahagiaan pasangan dalam pernikahan? Memutuskan untuk memilih childfree tentunya adalah keputusan bersama dengan pasangan. Mereka tentu mempunyai motivasi masing-masing dalam menjalankan rumah tangganya. Artinya keputusan untuk memilih childfree mungkin sebagai salah satu cara supaya kehidupan rumah tangga mereka bisa tetap bahagia.

Dan itulah penjelasan mengenai semua hal tentang childfree yang TemanMama belum ketahui. Hal penting yang tidak boleh diabaikan sebelum menikah yaitu dengan mengetahui kondisi kesehatan masing-masing pasangan.

5. Belum Siap Secara Emosional

Menjadi seorang ibu rumah tangga dan pekerja, pasti menambah stres yang ada. Berdasarkan data dari penelitian NICHD Study of Early Child Care and Youth Development (SECCYD), pola asuh orang tua harus berfokus pada  kesehatan mental, penanganan konflik pekerjaan-keluarga, penanganan perkembangan akademis anak, dan aspek sensitif menjadi orang tua lainnya. Ketika seseorang tidak siap secara emosional, hal itu berdampak besar pada perkembangan kognitif keluarga dan anak. Oleh karena itu, keputusan untuk tidak memiliki anak bisa menjadi keputusan yang masuk akal

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button