Melahirkan

Pilihan posisi dalam proses persalinan

Banyak dari kita yang menganggap posisi dalam proses persalinan yang paling umum adalah setengah duduk. Padahal ada posisi lain yang barangkali jarang diketahui, lho!

Selam aini banyak ibu hamil yang beranggapan bahwa posisi melahirkan hanya berbaring (litotomi). Nenek moyang kita dengan berbagai macam kearifan lokalnya, memiliki kebiasaan melahirkan dengan posisi jongkok atau berdiri. Setiap posisi memiliki kekurangan dan kelebihannya. Jika ibu sedang bersiap untuk menghadapi proses melahirkan bisa memilih salah satu diantaranya, dengan mengkonsultasikan kepada dokter terlebih dahulu yang akan membantu proses melahirkan. Berikut ini adalah pilihan posisi melahirkan:

  1. Posisi Setengah Duduk

Posisi setengah duduk juga merupakan posisi melahirkan yang umum digunakan di berbagai rumah sakit dan klinik persalinan di Indonesia. Dalam posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar pada bantal, kaki ditekuk, dan paha dibentangkan ke  samping.

Kelebihan: Posisi ini membuat ibu hamil merasa nyaman. Sumbu jalan lahir yang ditempuh untuk bayi bisa keluar menjadi lebih pendek. Pasokan oksigen dari ibu ke janin menjadi lebih optimal.

Kekurangan: Posisi ini dapat menimbulkan keluhan nyeri punggung dan kelelahan, terutama jika proses persalinan berlangsung lama.

  1. Posisi Lateral (miring)

Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.

Keuntungan: Peredaran darah ibu yang melahirkan menjadi lancar. Oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terhambat, proses pembukaan terjadi secara perlahan-lahan sehingga proses melahirkan relatif lebih nyaman.

Kekurangan: Posisi ini sedikit menyulitkan dokter dan bidan dalam membantu proses melahirkan. Menjadi sulit untuk memegang atau mengarahkan kepala bayi. Jika perlu melakukan episiotomi, posisinya menjadi semakin sulit.

  1. Posisi Berdiri/Setengah Jongkok

Dalam satu kesempatan, dr Judi J. Endjun, SpOG, ahli kebidanan dan kandungan bercerita, saat PTT di Timor-Timur (sekarang Timor Leste), ia dibuat kaget dengan cara ibu yang hamil di sana melahirkan. Ia menyaksikan, sang suami yang istrinya akan melahirkan membakar kayu hingga menjadi bubuk abu, lalu abu itu ditabur di atas lantai rumah.

Kemudian dua buah kain digantungkan di atas rumah, tepat di atas abu yang ditebar tadi.

Si ibu berpegangan pada kain, dan tak perlu menunggu lama, si bayi langsung lahir dan “mendarat” di atas abu hangat yang steril. Kearifan lokal yang membuat geleng-geleng kepala. Tidak hanya masyarakat Timor, beberapa suku Tionghoa juga punya kebiasaan serupa, yaitu melahirkan sambil berdiri.

Keuntungan: Posisi ini sesuai dengan  gravitasi bumi. Makanya daya dorong saat melahirkan jauh lebih kuat. Padahal, saat berdiri jalan lahir langsung lurus di lantai. Seolah-olah ibu sedang mendorong tanah dengan  seluruh kekuatannya. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dalam proses melahirskan harus diberi motivasi agar bayi tidak cepat “meluncur” dan menimbulkan cedera. Untuk mencegahnya, biasanya disediakan pembalut yang lembut dan steril untuk menopang kepala dan tubuh bayi.

Kekurangan: Dokter dan bidan mengalami kesulitan ketika harus membantu operasi episiotomi dan memantau perkembangan pembukaan.

  1. Posisi Jongkok

Di beberapa suku di Indonesia bagian timur, mulai dari Lombok Timur hingga Papua, ibu hamil sudah biasa melahirkan sambil jongkok.

Keuntungan: Posisi ini lebih menguntungkan karena pengaruh gravitasi, dan ibu tidak perlu mendorong terlalu keras. Bayi akan keluar melalui jalan lahir dengan sendirinya.

Kekurangan: Jika tidak dipersiapkan dengan baik, posisi jongkok dapat melukai kepala bayi karena bayi dapat cepat “meluncur”. Untuk mencegahnya, biasanya disediakan bantalan yang lembut dan steril untuk menopang kepala dan tubuh bayi. Dokter dan bidan juga mempunyai sedikit tantangan ketika mereka perlu membantu persalinan episiotomi atau memantau pembukaan.

  1. Posisi Dalam Air

Meskipun melahirkan dalam air jarang terjadi di Indonesia, melahirkan dalam air sangat umum terjadi di Eropa Timur, khususnya Rusia. Ada anekdot keunggulan atlet renang Eropa Timur antara lain disebabkan oleh fakta bahwa bayi-bayi Eropa Timur “dipaksa” berenang sejak lahir. Begitu ibu hamil memasuki bukaan 5-6, ia dibantu oleh dokter atau perawat dan ditempatkan di baskom khusus yang dijamin bersih dan steril. Suhu air sebaiknya sesuai dengan suhu tubuh ibu, tidak lebih dan tidak kurang, untuk menghindari shock saat bayi meluncur ke air.

Keuntungan: Keuntungan utama dari melahirkan dalam air adalah sangat menenangkan ibu karena seluruh otot tubuh menjadi rileks, terutama yang berhubungan dengan proses melahirkan. Lebih mudah untuk mendorong bayi keluar dan tidak merasakan sakit seperti kontraksi lainnya. Karena bayi sebenarnya tinggal di dalam cairan ketuban ibu selama dalam kandungan, maka tidak perlu khawatir bayi “tenggelam” setelah lahir.

Kekurangan: Risiko bayi menelan sangat besar, karena itu proses ini membutuhkan kesigapan semua pihak, baik peralatan yang digunakan maupun dokter kandungan, perawat, atau dokter anak yang langsung mengecek keadaan bayi begitu lahir. Bila prosesnya berlangsung terlalu lama, ibu bisa mengalami hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button