Kesehatan

Vaksin Cacar Air: Perlindungan Optimal dan Fakta yang Perlu Diketahui

Sejarah Vaksin Cacar Air

Meskipun vaksin cacar air pertama kali dikembangkan di Jepang pada tahun 1974, kemajuan ini tidak segera mencapai Amerika Serikat. Baru pada tahun 1995, vaksin cacar air, yang telah menjalani berbagai uji klinis dan penelitian, disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat. Langkah ini diikuti dengan penambahan vaksin ini ke dalam jadwal imunisasi, membawa dampak besar pada pengendalian penyakit cacar air.

Sebelum adanya vaksin cacar air yang diberikan secara rutin, cacar air atau varicella merupakan penyakit yang sangat umum terjadi pada masa kanak-kanak. Terlepas dari tingkat keparahan, cacar air dapat menyebabkan penderitaan selama setidaknya seminggu. Bahkan, dalam beberapa kasus, infeksi cacar air dapat menjadi serius, memaksa anak-anak untuk menjalani rawat inap, dan dalam kasus ekstrem, menyebabkan kematian.

Pada periode sebelum vaksinasi rutin di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa terdapat rata-rata 4 juta kasus cacar air setiap tahunnya, dengan 10.500 di antaranya harus dirawat di rumah sakit. Namun, seiring dengan penggunaan Varivax secara rutin, terjadi penurunan signifikan sebesar 97% pada kejadian cacar air dan komplikasinya.

Efektivitas Vaksin

Vaksinasi varisela terbukti menjadi cara yang sangat efektif untuk mencegah penyakit cacar air, meskipun tidak bersifat sempurna. Efektivitas vaksin bekerja paling baik ketika seseorang menerima kedua dosis yang direkomendasikan pada periode awal kehidupan, yakni antara usia 12 bulan hingga 12 tahun.

Dengan satu dosis tunggal Varivax, efektivitas mencapai 82% dalam mencegah cacar air. Sementara itu, dua dosis Varivax meningkatkan efektivitas hingga 92%. Meskipun terdapat kemungkinan infeksi terobosan (infeksi setelah divaksinasi), kasus cacar air yang timbul biasanya ringan, dengan kurang dari 50 lesi.

Perlindungan terhadap kasus cacar air yang parah (lebih dari 500 lesi) mencapai 98% dengan satu dosis dan 100% dengan dua dosis. Oleh karena itu, mendapatkan dosis kedua menjadi langkah kritis untuk memberikan perlindungan maksimal terhadap cacar air yang parah.

Rekomendasi Terbaru

Seiring berjalannya waktu, rekomendasi vaksinasi cacar air mengalami perubahan. Pada tahun 2006, Komite Penasihat Praktik Imunisasi (Advisory Committee on Immunization Practices/ACIP) untuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) mengeluarkan rekomendasi untuk melakukan vaksinasi cacar air secara rutin.

Menurut rekomendasi ini, anak-anak seharusnya secara rutin mendapatkan dosis kedua vaksin cacar air saat berusia antara 4 hingga 6 tahun. Anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa juga disarankan untuk menerima dosis kedua jika belum melakukannya sebelumnya. Dosis kedua ini telah terbukti memberikan perlindungan yang lebih baik bagi mereka yang telah mendapat vaksinasi.

Yang Perlu Anda Ketahui

  • Dosis pertama vaksin cacar air diberikan saat balita berusia 12 hingga 15 bulan.
  • Dosis kedua dapat diberikan kapan saja, selama setidaknya tiga bulan setelah dosis pertama.
  • Vaksin cacar air dapat membantu mencegah penyakit jika diberikan pada orang yang rentan dalam waktu tiga hingga lima hari setelah terpapar cacar air.
  • Tidak ada kenaikan kasus herpes zoster karena vaksin cacar air. Mitos tentang korelasi ini bertujuan untuk menakut-nakuti orang tua dan sebaiknya diabaikan.
  • Vaksin cacar air tidak dan tidak pernah mengandung thimerosal.
  • Vaksin kombinasi dengan MMR dan Varicella (ProQuad) tersedia untuk mengurangi jumlah suntikan yang perlu diterima anak-anak.

Dan ingatlah bahwa orang dewasa juga harus mendapatkan vaksin cacar air jika mereka tidak pernah menderita cacar air saat masih kecil. Keseluruhan, vaksin cacar air telah membawa manfaat signifikan dalam mengurangi beban penyakit dan komplikasi yang disebabkan oleh cacar air di masyarakat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button