Waspadai Risiko Gangguan Kesehatan Pada Bayi Prematur
Setiap pasangan pastinya mengharapkan proses kelahiran si kecil yang lancar dan normal. Tetapi, ada beberapa kondisi yang mengharuskan bayi lahir lebih awal. Bayi yang lahir sebelum umur kandungannya berusia 37 minggu biasa dikenal sebagai kelahiran prematur. Sedangkan, kelahiran yang normal terjadi saat umur kandungan berusia sekitar 40 minggu.
Oleh sebab itu, bayi yang lahir secara prematur memiliki risiko gangguan kesehatan yang tinggi akibat beberapa kondisi organ vital, seperti paru-paru, jantung, dan otak belum terbentuk secara sempurna.
Lalu, apa saja risiko gangguan kesehatan pada bayi prematur?
Ciri-Ciri Bayi Prematur
Sebelum mengetahui apa saja risiko gangguan kesehatan yang bisa dialami pada bayi prematur, ada baiknya TemanMama perlu mengetahui beberapa ciri-ciri bayi prematur, di antaranya seperti:
- Ukuran bayi lebih kecil dibandingkan bayi normal, dan berat badannya di bawah 2,5 kg.
- Ada banyak rambut halus pada tubuh bayi.
- Kulit bayi terasa tipis dan rapuh.
- Suhu tubuh bayi prematur lebih rendah.
- Memiliki masalah pernapasan.
Meskipun bayi lahir secara prematur, bukan berarti ia tidak bisa sehat. Serta walaupun bayi prematur memiliki tumbuh kembang yang lambat, bayi prematur tetap bisa bertumbuh dalam keadaan yang sehat.
Bayi prematur yang sehat bisa ditandai dengan sebagai berikut:
- Bayi bisa bernapas secara normal tanpa menggunakan alat bantu.
- Bayi bisa merespon suara, gerakan, serta sentuhan.
- Bayi dapat melakukan kontak mata dan bisa menunjukkan ekspresinya saat berinteraksi dengan orang lain.
- Bayi bisa merangkak, duduk, hingga berdiri, hal ini merupakan tanda bahwa bayi mempunyai otot-otot yang kuat.
Risiko Gangguan Kesehatan pada Bayi Prematur
Berikut ini merupakan beberapa risiko gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh bayi prematur, seperti:
1. Gangguan Metabolisme
Gangguan metabolisme berkaitan dengan organ vital bayi yang belum terbentuk sempurna. Sehingga, bayi prematur berisiko menderita hipoglikemia. Hipoglikemia merupakan kondisi di mana tubuh bayi mempunyai kadar gula yang rendah..
Padahal, jumlah kadar gula yang normal pada tubuh bayi bisa mendukung tumbuh kembangnya menjadi sehat.
2. Gangguan Pernapasan
Selanjutnya, bayi prematur memiliki risiko gangguan pernapasan, seperti berisiko menderita apnea. Apnea adalah kondisi yang bisa membuat denyut jantung bayi melemah, kulitnya berubah menjadi pucat, hingga kondisi ini bisa membuat bayi berhenti bernapas.
Gangguan pernapasan ini disebabkan karena organ paru-paru bayi prematur belum terbentuk secara sempurna.
3. Gangguan Otak
Bayi prematur memiliki risiko otak yang rawan pendarahan atau penyakit pendarahan intraventrikular. Pendarahan yang ringan masih bisa ditangani dan diobati dalam waktu yang singkat.
Namun, apabila pendarahan yang terjadi cukup parah, maka hal ini bisa membuat bayi menjadi cacat otak permanen.
4. Gangguan Jantung
Bayi prematur juga sangat rentan menderita penyakit jantung bawaan, seperti misalnya Patent Ductus Arteriosus atau biasa dikenal penyakit PDA. Penyakit PDA mengacaukan dua pembuluh utama pada jantung si kecil, sehingga membuatnya terus terbuka dan masuk ke dalam jantung.
Tetapi, penyakit ini biasanya dapat pulih atau sembuh seiring dengan pertumbuhan bayi.
5. Gangguan Pencernaan
Bayi prematur mempunyai risiko terkena penyakit NEC atau Necrotizing Enterocolitis. Penyakit NEC cukup serius karena sel-sel yang seharusnya melapisi usus justru rusak, sehingga hal ini membuat proses pencernaan pada si kecil menjadi tidak optimal.
Walaupun sulit, orang tua harus sabar dalam merawat dan membesarkan bayi prematur. Jika TemanMama ingin mempelajari lebih dalam mengenai bayi prematur, TemanMama bisa berkonsultasi dengan dokter yang mengerti di bidang ini.