Mempertahankan Pernikahan yang Tidak Harmonis Demi Anak, Bijak atau Tidak?
Setiap pasangan suami istri, pastinya berharap bisa hidup bersama-sama sampai maut memisahkannya. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak ada pasangan suami istri yang luput dari problematika atau masalah pernikahan.
Masalah ekonomi, perbedaan pendapat, perselingkuhan, serta berbagai macam masalah lainnya dapat membuat pasangan saling bertengkar dan menjadi tidak harmonis lagi.
Saat pertengkaran rumah tangga sudah sering terjadi dan tidak ada titik tengahnya, maka seringkali perceraian menjadi pilihan terakhir. Tetapi, perceraian bukanlah satu hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan kembali, apalagi jika pasangan tersebut sudah memiliki anak.
Lantas, apakah mempertahankan pernikahan yang sudah tidak harmonis demi anak itu pilihan bijak? Atau perceraian adalah jalan keluar terakhir? Simak selengkapnya di sini.
Bertahan atau Berpisah?
Ada banyak masalah pernikahan yang bisa dialami oleh pasangan suami istri. Namun, tidak sedikit pasangan yang hanya membuat satu pelanggaran, tetapi memberi dampak yang cukup serius, seperti perselingkuhan, penggunaan narkoba, alkohol, dan lain sebagainya.
Berikut ini merupakan beberapa masalah yang sering menjadi pemicu pasangan untuk memutuskan bercerai, seperti:
- Kekerasan dalam rumah tangga.
- Selingkuh atau tidak setia.
- Pemborosan dalam rumah tangga.
- Egois dan mudah emosi.
- Pasangan sering berbohong.
- Salah satu pasangan enggan berhubungan seks.
Meskipun begitu, terdapat sebagian pasangan yang tidak ingin bercerai. Mereka memiliki beberapa alasan kenapa tidak ingin bercerai, di antaranya:
- Beberapa pasangan mempertahankan pernikahan karena anak, meskipun pernikahan sudah tidak harmonis.
- Takut akan kesepian.
- Enggan untuk pindah rumah, karena sudah banyak waktu dan uang yang diinvestasikan.
- Enggan mengeluarkan uang untuk proses perceraian.
Apabila Anda bingung untuk mengambil keputusan yang mana, sebaiknya ketahui dulu dampak dari perceraian dan dampak mempertahankan pernikahan yang sudah tidak harmonis.
Dampak Perceraian
Perceraian bisa membawa perubahan besar dalam kehidupan anak-anak, berapapun umur mereka. Selain itu, perceraian juga dapat mengguncang psikologis anak. Anak-anak melihat orang tuanya memutus komitmen pernikahan mereka, anak-anak juga harus beradaptasi untuk bolak-balik ke dua rumah yang berbeda, dan lain sebagainya.
Sedangkan dampak perceraian untuk diri sendiri berkaitan dengan kesehatan mental. Kebanyakan, orang yang bercerai terutama dari sisi wanita, mereka takut untuk menjalin hubungan yang baru karena trauma dengan kegagalan pernikahan yang pernah dialaminya.
Dampak Mempertahankan Pernikahan demi Anak
Sedangkan, mempertahankan pernikahan yang sudah tidak harmonis demi anak pun tidak dapat dikatakan sebagai keputusan yang bijak. Anak-anak cenderung mengikuti atau meniru apa yang ia lihat dalam hubungan orang tuanya, sehingga anak-anak bisa belajar hal yang salah mengenai pernikahan.
Anak akan berpikir bahwa pernikahan adalah hal yang tidak menyenangkan, tetapi lebih mengarah ke traumatis. Bahkan, hal ini bisa membuat anak sulit menjalin hubungan saat ia sudah dewasa nantinya.
Sedangkan, dampak mempertahankan pernikahan demi anak bagi pasangan itu sendiri dapat memicu terjadinya stres hingga depresi, baik pada ayah ataupun ibu. Bahkan, kondisi seperti ini malah bisa memicu terjadinya perselingkuhan. Dan akhirnya, rumah tangga pun menjadi tidak sehat.
Kesimpulannya, baik bercerai ataupun mempertahankan pernikahan yang sudah tidak harmonis demi anak, dua-duanya mempunyai dampak negatif. Jadi, pertimbangkanlah dengan sangat cermat keputusan mana yang terbaik bagi Anda dan bagi anak-anak.
Apabila Anda masih bingung dalam mengambil keputusan, Anda dan pasangan bisa berkunjung bersama ke psikolog atau ke konsultan pernikahan.