Asma pada Bayi, Penyebab dan Pencegahannya
Kondisi kesehatan bayi yang terserang penyakit akan membuat orang tuanya merasa cemas dan bingung tentang tindakan terbaik apa yang bisa diberikan untuk buah hati anda. Demikian juga dengan bayi yang mengalami kesulitan bernafas, walaupun semua kondisi tidak dapat divonis bahwa hal tersebut adalah gejala asma akan tetapi untuk orang tua yang memiliki terkena penyakit asma, kemungkinan buah hatinya terkena asma jauh lebih besar dari bayi lainnya. Secara umum, asma pada bayi seringkali dipengaruhi oleh faktor genetik. Bayi mempunyai risiko lebih besar terkena serangan asma dibandingkan orang dewasa. Asma pada bayi dapat menimbulkan dampak fisik yang lebih serius. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa jumlah anak yang menderita asma semakin meningkat setiap tahunnya.
Asma adalah peradangan kronis pada tabung pernapasan kecil (bronkiolus) di dalam paru-paru bayi. Dokter dapat membantu mendiagnosis asma dengan mengidentifikasi lewat gejala-gejala yang terjadi. Dokter kemudian juga akan mempertimbangkan rekam jejak kesehatan keluarga yang pernah mengalami asma. Gejala pada bayi yang menderita asma bisa diketahui pada saat bayi berusia di bawah 3 tahun. Hal tersebut ditandai dengan setidaknya empat kali sesak napas, tetapi tidak menderita demam, kemudian memiliki alergi terhadap susu, telur, debu, serbuk sari, bulu binatang, dan lain-lain Pada kondisi tertentu, penyakit asma dapat juga ditandai dengan kondisi bayi yang mengalami eksim. Perlu diingat bahwa asma dipengaruhi oleh faktor keturunan atau genetik. Oleh karena itu, jika salah satu dari kedua orang tua memiliki riwayat asma, Bayi yang lahir dari pasangan tersebut berisiko lebih tinggi terkena asma. Pada kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu dapat membuat asma pada bayi semakin parah.
Berikut ini beberapa penyebab yang dapat mengembangkan asma pada bayi, diantaranya:
- Bayi tinggal bersama anggota keluarga atau orang tua yang merokok. Hal ini membuat mereka hampir empat kali lebih besar terkena asma yang lebih parah.
- Bila ibu bayi adalah seorang perokok aktif dan mempunyai kebiasaan buruk merokok selama hamil.
- Bayi lahir dengan berat badan dibawah berat badan normal atau prematur.
- Salah satu atau kedua orang tua bayi menderita penyakit atau alergi lain misalnya eksim. Ini mungkin berarti bahwa orang tersebut mengembangkan lebih awal dari bayi yang tidak memiliki asma dalam keluarga.
- Bayi mempunyai gejala alergi seperti eksim atau alergi makananan tertentu.
- Bayi tinggal di rumah yang memiliki masalah dengan kelembapan dan jamur.
Asma merupakan penyakit jangka panjang yang memerlukan penanganan yang serius. Hal ini karena penyakit asma bisa datang kembali secara tiba-tiba dan tidak diduga sebelumnya. Sebagai orang tua, penting untuk mengetahui penyebab penyakit asma dan cara mencegah asma menjadi lebih parah.
Berikut ini beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyakit asma pada bayi, yaitu:
- Batasi bayi anda terhadap paparan-paparan yang dapat menyebabkan munculnya penyakit asma. Misalnya infeksi virus, debu, tungau, serbuk sari, aktivitas fisik berlebihan, udara terlalu dingin, dan sebagainya.
- Paparan asap tembakau pada bayi pada masa usia dini merupakan pemicu utama serangan asma pada bayi. Oleh karena itu, hindari merokok di depan bayi.
- Gejala dan kondisi asma dapat berubah seiring berjalannya waktu. Maka, konsultasikan dengan dokter mengenai pertolongan pertama apa yang dapat dilakukan pada bayi anda, terutama jika asmanya kambuh.
- Bayi yang kelebihan berat badan umumnya lebih besar terserang asma dibandingkan bayi lain dengan berat badan normal.