Faktor dan Gejala Infeksi Rabies pada Manusia
Belum lama ini, sosial media di Indonesia diramaikan dengan berita seorang anak balita yang digigit anjing rabies. Tidak lama setelah digigit, balita tersebut dinyatakan meninggal dunia.
Mengetahui hal ini, sangat penting bagi orang tua untuk mengenal apa itu rabies dan memahami bagaimana gejalanya, supaya risiko infeksi rabies pada anak dapat diminimalisir.
Rabies ialah virus yang menyerang sistem saraf dan otak manusia. Virus rabies dengan nama ilmiah Lyssavirus menular ke manusia melalui gigitan hewan. Hal inilah yang membuat penyakit ini termasuk ke dalam jenis penyakit zoonosis.
Hewan yang terinfeksi rabies dapat menularkan virus rabies melalui gigitan, air liur, cakaran, atau bahkan karena jilatan hewan pada area kulit yang terluka. Dan biasanya, hewan yang berisiko tinggi menularkan rabies ke manusia ialah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak diberi vaksin rabies.
Faktor yang Meningkatkan Risiko Infeksi Rabies
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi virus rabies, antara lain:
- Tinggal atau sedang bepergian di negara berkembang.
- Bersentuhan dengan hewan liar, termasuk kelelawar.
- Bekerja sebagai spesialis dokter hewan.
- Bekerja di laboratorium yang rawan kontak dengan beragam virus.
- Mempunyai luka terbuka pada area kulit.
- Mendapat transplantasi organ dari seseorang yang terinfeksi virus rabies.
Gejala Rabies pada Manusia
Munculnya gejala rabies berbeda-beda, berkisar antara 5 hari hingga sampai 1 tahun. Tetapi, gejala penyakit ini biasanya muncul 30 – 90 hari setelah penderita tergigit oleh hewan yang terinfeksi rabies. Selain itu, gejala rabies dapat lebih cepat muncul apabila lokasi cakaran atau gigitan hewan dekat dengan otak, seperti di leher, dada, serta kepala.
Berikut merupakan beberapa gejala awal infeksi rabies yang bisa muncul, mulai dari:
- Sakit kepala berlebihan.
- Naiknya suhu tubuh.
- Merasa tidak enak badan.
- Merasa tidak nyaman di bekas lokasi gigitan hewan.
Beberapa hari setelah digigit, ada gejala lain yang bisa muncul, seperti:
- Perilaku penderita cenderung agresif dan kebingungan.
- Halusinasi, mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata.
- Produksi air liur yang berlebihan di mulut penderita.
- Kesulitan bernafas serta menelan.
- Kejang otot.